Perspektif Pesimis vs Perspektif Optimis
Penggunaan
internet dewasa ini semakin menunjukkan peningkatan yang sangat pesat di
berbagai kalangan sehingga muncul 2 perspektif, yaitu perspektif optimis dan
perspektif pesimis. Contoh dari perspektif pesimis ialah terjadi di Afrika yang
kurang mendapatkan akses internet dibandingkan dengan orang Amerika dan Asia,
oleh karena itu orang-orang Afrika menjadi kehilangan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas interner (Neu, 1999). Sedangkan contoh dari
perspektif optimis dimudahkannya untuk mengakses internet melalui jaringan
komunikasi dimana terdapat suara yang bekerja ganda, transmisi data, grafis,
dan video komunikasi.
Perspektif
Pesimis
Perspektif pesimis adalah tentang mengakses dari pusat
perhatian tentang akses yang tidak merata. Di Indonesia memiliki perspektif
yang berbeda dengan perspektif pesimis yang sudah ada bahwa di Indonesia
penggunaan internet tidak terlihat dari gender, ekonomi, etnisitas, dan
pendidikan. Dapat dilihat bahwa menurut pandangan para ahli laki-laki lebih
sering menggunakan internet nyatanya di Indonesia perempuan yang lebih banyak
menggunakan internet. Selain itu dalam ekonomi internet menjadi salah satu
penyebab timbulnya sikap konsumtif dimana perdagangan online yang semakin
bebas. Media sosial seperti facebook yang dibuat untuk membentuk suatu jaringan
dengan orang lain malah disalahgunakan untuk berdagang yang malah membuat
menjadi tidak nyaman dalam menggunakannya.
Keterbatasan dalam mengakses internet masih ditemukan di
berbagai wilayah Indonesia, terutama dibagian pedalaman atau desa. Tim Asadessa berangkat dari Balikpapan
menuju daerah terpencil di Kalimantan Utara dengan menggunakan pesawat,
dilanjutkan dengan perahu motor kecil yang melelahkan, hingga akhirnya bisa
menaiki kendaraan roda empat selama berjam-jam. Sampailah mereka di Kabupaten
Malinau (luas 39.799,90 kilometer persergi) dengan jumlah penduduk 80.000 jiwa
yang membawahi 15 kecamatan. Tepatnya di Desa Gong Solok, Kecamatan Malinau
Selatan Hilir. Incau, salah seorang warga Desa Gong Solok membuka suara, di
depan teras rumah. Ia hanya mengenakan kaos putih dengan celana selutut. Incau
bercerita bahwa ia pernah mengirim sms ke isterinya yang sedang di kota. Tidak
bisa dari rumah. Ia harus pergi ke puncak bukit yang ada di sebelah desa meski
harus berhenti dua kali untuk menarik nafas. Ia tertawa. Di puncak baru ia
mendapatkan sinyal. Itu pun tidak pasti.
Perspektif
Optimis
Sementara
di Indonesia sendiri kaum disabilitas difasilitasi agar dapat menjadi produktif
yang disampaikan melalui sebuah seminar seminar bertema Pemanfaatan Internet
untuk Kegiatan Produktif yang diadakan oleh Puslitbang Literasi dan Profesi
Kementrian Komunikasi dan Informasi RI pada 19 Juni 2014 di Hotel Santika,
Purwokerto Jawa Tengah. Pelatihan literasi informasi untuk masyarakat di daerah
ini ditujukan untuk kelompok penyandang disabilitas di Kabupaten Banyumas dan
sekitarnya. Contoh lain yaitu seorang mahasiswi Universitas Indonesia membuat
aplikasi untuk penyandang tunanetra yang dinamakakan Screen Reader.
KSI
mendukung pembaca tunanetra dan mengalami gangguan penglihatan yang membutuhkan
aplikasi tambahan. Berikut ini beberapa pilihan yang dapat digunakan:
1.
NVDA NVDA (NonVisual Desktop Access)
Adalah
pembaca layar (screen reader) tak berbayar yang memungkinkan penyandang
tunanetra dan gangguan penglihatan untuk menggunakan komputer. Aplikasi ini
dapat membaca teks pada layar dalam suara yang terkomputerisasi. Pembaca dapat
mengkontrol apa yang akan dibaca dengan memindahkan kursor ke area yang
terdapat teks dengan mouse atau tanda panah di keyboard.
NVDA juga dapat mengubah teks menjadi braille
jika pengguna komputer memiliki alat “braille display”. NVDA menyediakan sarana
pendidikan dan pekerjaan bagi banyak penyandang tunanetra. Selain itu NVDA juga
menyediakan akses untuk jejaring sosial, belanja online, perbankan dan berita.
NVDA menggunakan Microsoft Windows dan dapat diunduh ke PC, atau ke USB di mana
dapat digunakan di komputer manapun.
2.
JAWS
JAWS
kependekan dari Job Access With Speech adalah sebuah pembaca layar (screen
reader) yang merupakan sebuah piranti lunak (software) berguna untuk membantu
penderita tunanetra menggunakan komputer. JAWS diproduksi oleh the Blind and
Low Vision Group (Freedom Scientific) di St. Petersburg, Florida, Amerika
Serikat. JAWS sengaja dibuat untuk penderita tunanetra dan orang-orang yang
menderita kelemahan dalam penglihatan (low vision) sehingga mereka mudah
menggunakan Microsoft Windows secara personal. Dengan alat ini tentunya
penderita tunanetra dan low vision mudah mengakses komputer dan bahkan bisa
melepaskan ketergantungan pada orang lain dalam menggunakannya. JAWS dirancang sebaik
mungkin dengan mempertimbangkan banyak aspek untuk memudahkan mereka. JAWS
dilengkapi dengan layar yang memiliki kemampuan untuk melafalkan teks
(text-to-speech) yang ditampilkan atau ada juga yang dengan menerapkan
teknologi braille display. Selain itu keyboard yang digunakan juga lebih
komperhensif dengan kemampuan berinteraksi dengan monitor.
JAWS
juga dapat dimanfaatkan penggunanya untuk membuat scripts dengan JAWS Scripting
Language, yang dapat digunakan untuk mengubah jumlah dan tipe informasi yang
bisa dipresentasikan dengan banyak aplikasi merupakan piranti lunak berbayar.
3.
Web Anywhere
Adalah
sebuah aplikasi berbasis web yang diperuntukkan bagi tunanetra. Aplikasi ini
merupakan sebuah aplikasi non-visual interface untuk web yang tidak memerlukan
perangkat lunak baru untuk diunduh atau di instal. Web Anywhere bekerja tepat
di browser,yang berarti dapat diakses dari komputer manapun, bahkan pada
komputer publik yang terminalnya terkunci. WebAnywhere memungkinkan pengguna
untuk berinteraksi dengan website dalam cara yang mirip dengan bagaimana penggunaan
pembaca layar lain.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa optimisme
mempengaruhi intensitas dan mengarahkan tindakan kita ke tujuan (Seligman,
1991; Snyder, 1996). Optimisme juga terbukti memprediksikan well-being fisik
dan psikologis, yang mempengaruhi perasaan yang nyaman tentang diri sendiri,
penerimaan diri (self acceptance), pertumbuhan, dan pemulihan yang cepat dari
sakit, juga mempengaruhi coping style termasuk perasaan positif dan kepuasan
tentang diri dan situasi seseorang yang lebih baik. Dari berbagai penelitian
itu, disimpulkan bahwa optimisme lebih diinginkan daripada pesimisme.
Diasumsikan bahwa optimisme itu baik sedang pesimisme itu buruk, sehingga
pendidik, konsultan publik, terapis dan orang tua akan melakukan segala cara
yang dapat mendorong munculnya optimisme (Chang, 2001). Mereka juga memberikan
motivasi yang mendorong anak untuk menumbuhkan optimisme dan mengurangi
pesimisme (Seligman dkk., 1995), dengan melakukan serangkaian intervensi
berjangka pendek maupun yang berjangka panjang sehingga dapat menumbuhkan sikap
optimisme pada diri anak. Berbagai persoalan sosial, politik dan ekonomi yang
mendera kehidupan masyarakat Indonesia, sangat memungkinkan terjadinya asumsi
yang berupa penyederhanaan dari kondisi sesungguhnya.
REFERENSI
Perspective on Internet Use: Access, Involvement and
Interaction, Rogers, Everett M, Communication Technology, Free Press, 1998
Chusniyah, Tutut, 2012, “Analisis
Wacana pada Media Internet Terhadap Optimisme dan Harapan Tentang Masa Depan Indonesia” Jurnal Sains
Psikologi,
Jilid 2, Nomor 2 November 2012 hlm 67-81
kompas.com, Senin 13 Juli
2015.
ksi-indonesia.org
Komentar
Posting Komentar