Berselancar di Virtual Community (Komunitas Virtual)


oleh: 
Desi Triyanti, F1C015060

Teknologi komunikasi yang saat ini hadir di tengah-tengah masyarakat adalah tidak lain dahulu diciptakan dengan tujuan yang positif. Namun, banyak orang yang menggunakan teknologi komunikasi secara berlebihan malahan dianggap sebagai suatu kebutuhan primer yang sebenarnya malah mendatangkan sebuah sisi yang negatif dari hadirnya teknologi komunikasi. Walaupun memiliki sisi negatif, kehadiran teknologi jelas juga banyak mendatangkan sisi positif seperti dapat menjelajahi waktu dan ruang dengan sangat cepat.
Kehadiran teknologi komunikasi sering disebut juga sebagai era media baru. Salah satunya internet yang memeberikan kemudahan untuk menjelajahi ruang dan waktu hanya dengan duduk di tempat masing-masing. Sehingga internet dapat menciptakan suatu komunitas yang tercipta secara virtual atau yang biasa disebut Virtual Community.

Sejarah Perkembangan Teknologi Komunikasi
Seperti yang kita lihat dewasa ini, banyak sekali perubahan yang terjadi di bidang komunikasi. Dimulai dari bentuk komunikasi yang sederhana sampai pada komunikasi elektronik. Perubahan yang cepat terutama pada abad 20 ini oleh sejumlah ahli dikatakan sebagai revolusi komunikasi. Ilmu pengetahuan yang selama ini kita pelajari selalu mengalami perubahan dan perkembangan yang tidak mendadak. Perubahan ini ada yang terjadi secara pelan-pelan, ada pula yang terjadi secara drastis akibat pertentangan antara satu ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan yang baru, atau pertentangan antara teori yang lama yang digantikan dengan penemuan teori baru dalam pengetahuan.
Paradigma lama dari suatu teori atau ilmu pengetahuan dianggap tidak sesuai lagi bahkan dianggap salah lantas kemudian digantikan dengan paradigma yang baru yang lebih diterima. Perubahan pengetahuan ini sering disebut sebagai perubahan sains. Thomas S.Khun (1989) menganggap revolusi sains sebagai episode perkembangan non-komulatif yang di dalamnya paradigma lama yang sudah usang diganti sebagian atau keseluruhannya dengan paradigma baru yang bertentangan. Dalam pemahaman ini paradigma lama yang tuidak lagi berfungsi secara memadai dalam eksplorasi suatu aspek dari alarn, padahal sebelumnya paradigma itui sendiri yang menunjukkan jalan bagi eksplorasi itu.
Bernard Cohen2 dalam bukunya "Revolution in Science" , menganggap revolusi sains sebagai "Their stages of development, evidential tets for their occurrence and transformation of idea in the production of revolutionary innovations". Revolusi sains dipahami sebagai tahapan-tahapan dalam pembangunan dan transformasi produksi ide-ide sebagai inovasi dan revolusi. Lebih lanjut, Cohen mendefinisikan revolusi sains dalam pengertian: 

"Revolution means to return again, go to through a cyclical succession, as in the seasons 
of the year or to ebb and flow as in the motion of the tide. In the sciences, revolution thus 
implies a constancy within all change, on endless repetition an end that is a beginning all 
over again."

Revolusi sains memang hanya tampak revolusioner bagi mereka yang paradigmanya terkena revolusi itu. Sedangkan bagi mereka yang paradigmanya tidak terkena revolusi sains bisa jadi memandang revolusi ini tianya' sekedar tambahan peijigetahuan belaka. Kita bisa mengambil contoh penemuan Sinar X. Bagi astronom penemuan Sinar X ini bagi mereka hanya dipandang sebagai tambahan ilmu pengetahuan karena pengetahuan tentang Sinar X tidak ada relevansinya dengan paradigma mereka. Tetapi kehadiran Sinar X ini akan jauh berbeda dimaknai bagi orang-orang seperti Kelvin, Crookes, dan Roentgen. Bagi mereka akan sangat membantu paradigma dan pekerjaan mereka. Sehingga revolusi sains itu terjadi, karena kehadiran Sinar X akan sangat revolusioner bagi mereka. Menurut Dissayanake, Revolusi komunikasi merupakan peledakan (eksplosi) teknologi komunikasi. Hal ini bisa kita lihat dengan meningkatnya penggunaan satelit, mikroprosesor, komputer dan pelayanan radio tingkat tinggi. Revolusi komunikasi sendiri adalah salah satu dari beberapa revolusi yang juga terjadi di berbagai bidang. Misalnya, revolusi politik, pendidikan, pertanian, industri. Revolusi ini sendiri muncul dengan didorong kemajuan teknologi yang menawarkan berbagai Resources informasi dan komunikasi yang luas. Oleh karena itu, kita tidak akan tahu dengan pasti bagaimana bentuk akhir dari gerak perubahan itu. Namun, yang pasti bentuk itu nantinya akan berbeda dari apa yang ada selama ini.

Perbedaan Virtual Community dan Organic Community
            Komunitas virtual adalah komunitas yang terbentuk melalui internet dan para anggotanya juganberinteraksi melalui internet. Sedangkan komunitas organik adalah komunitas yang para anggotanya sering bertemu secara langsung.
            Van Dijk (1998:45) memaparkan perbedaan antara komunitas virtual dan komunitas organic yaitu, dilihat dari waktu dan tempatnya dalam komunitas virtual tidak memperhatikan pertimbangan-pertimbangan waktu dan tempat. Sedangakn komunitas oraganik memperhatikan waktu dan tempat yang digunakan untuk bertemu secara langsung. Lalu komunitas virtual para anggotanya memiliki umur yang beragam sedangkan komunitas organik pengelompokkan anggotanya berdasarkan umur. Dilihat dari bahasa yang digunakan komunitas virtual menggunakan bahasa verbal sedangkan komunitas organik menggunakan bahasa verbal dan non verbal. Dari segi budaya dan identitas komunitas virtual anggotanya sangat heterogen sedangkan komunitas organik para anggotanya bersifat homogen.

Pengalaman Berselancar di Komunitas Virtual
            Pengalaman ini diawali karena hobi bermain game online Clash of Clans atau yang biasa disebut COC. Dalam permainan COC kita bisa bergabung dengan grup atau yang biasa disebut Clan  dengan mencari menggunakan nama. Saat itu saya menggunakan nama unsoed untuk mencari sebuah Clan dan sangat banyak bermunculan Clan yang menggunakan nama unsoed. Kemudian ada suatu Clan yang bernama Unsoed Warrior dan saya memutuskan untuk bergabung dengan clan tersebut. Ketika saya bergabung semua anggotanya adalah laki-laki dan hanya ada satu orang wanita di clan tersebut. Akhirnya orang-orang di dalam clan tersebut mulai menanyakan identitas saya mulai dari umur jurusan dan angkatan. Kemudian saya menjawab dengan benar dan mulai mengakrabkan diri dengan orang-orang di dalam clan tersebut. Di dalam clan tersebut saya merasa para anggotanya sangat terbuka satu sama lain dan juga saling mengajari jika permainan sedang berlangsung. Dari situ saya merasakan perasaan nyaman karena para anggotanya tidak sombong walaupun mereka sudah lebih ahli.
            Setelah sekian lama saya beragabung dengan clan tersebut, saya baru mengetahui ternyata orang-orang yang bergabung tersebut sudah saling mengenal satu sama lain di dunia nyata. Anggota Clan yang laki-laki mereka berasal dari jurusan yang sama dan kos bersama. Hal tersebut berarti mereka adalah orang-orang yang sebelumnya sudah tergabung dengan kelompok organik. Karena mereka sudah sering bertemu secara langsung dan anggotanya memiliki umur yang sama seperti ciri-ciri komunitas organik.
            Akhirnya saya merasa tidak nyaman dan saya meninggalkan clan tersebut karena merasa sudah dibohongi. Disini saya mengalami konflik virtual karena perbedaan waktu dan tempat. Namun saya tidak marah dan tetap berteman tetapi melalui media sosial.



REFERENSI
Creating Community With Media : History, Theories and Scientific Investigations, Rogers, Everett M, Communication Technology, Free Press, 1998
Zamroni, Mohammad, 2009, “Perkembangan Teknolog Komunikasi dan Dampaknya Terhadap Kehidupan”, Jurnal Dakwah, Vol. X No. 2


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perspektif Pesimis vs Perspektif Optimis